Mancini Mengamuk di Laga Roma vs Como: “Dulu Kalau Tak Hormat Senior, Sudah Kutampar di Lorong!”

 

Laga antara AS Roma dan Como tak hanya menyajikan duel sengit di atas lapangan, tetapi juga menyisakan ledakan emosi yang mencuri perhatian publik. Bek Roma, Gianluca Mancini, menjadi sorotan usai meluapkan amarahnya dalam sebuah insiden panas yang memantik kontroversi.

Ucapan keras Mancini selepas pertandingan langsung viral dan memicu perdebatan luas.

Insiden yang Memantik Amarah

Ketegangan bermula dari duel keras di tengah laga. Beberapa aksi dinilai Mancini sebagai bentuk kurang hormat terhadap pemain senior, terutama setelah terjadi adu mulut dan gestur provokatif di lapangan. Emosi Mancini memuncak, memaksanya harus ditenangkan oleh rekan setim dan perangkat pertandingan.

Atmosfer laga berubah panas, bukan hanya soal skor, tetapi soal harga diri.

Pernyataan Keras Mancini

Usai pertandingan, Mancini tak menahan diri saat diwawancarai. Dengan nada tinggi, ia melontarkan kalimat yang langsung mengundang sorotan:

“Zaman dulu, kalau ada pemain muda tidak hormat sama senior, sudah kutampar di lorong.”

Pernyataan ini dianggap mencerminkan mentalitas sepak bola lama yang masih melekat kuat pada diri Mancini—keras, frontal, dan tanpa basa-basi.

Pro dan Kontra Tak Terelakkan

Ucapan Mancini memecah opini:

  • Sebagian menilai ia hanya membela nilai respek dan etika di lapangan

  • Sebagian lain menganggap pernyataannya berlebihan dan tak pantas di sepak bola modern

Federasi dan pihak klub pun dikabarkan memantau situasi untuk mencegah eskalasi lebih jauh.

Roma dan Masalah Disiplin Emosi

Insiden ini kembali menyoroti emosi Roma yang kerap meledak di laga-laga krusial. Dalam beberapa pertandingan terakhir, agresivitas berlebihan justru sering menjadi bumerang, baik berupa kartu maupun hilangnya fokus permainan.

Bagi Mancini, yang dikenal sebagai bek berkarakter keras, garis antara kepemimpinan dan emosi berlebihan kian tipis.


Amarah Gianluca Mancini di laga Roma vs Como menjadi bukti bahwa sepak bola bukan hanya soal taktik dan teknik, tetapi juga soal ego, respek, dan kontrol emosi. Pernyataannya mungkin lahir dari niat menjaga harga diri tim, namun di era sepak bola modern, cara menyampaikannya bisa berujung masalah baru.

Drama ini pun menjadi pengingat: api semangat bisa menghangatkan tim, tetapi juga bisa membakar segalanya.

Lebih baru Lebih lama