Musim ini, Arsenal sempat tampil menggigit dan menjadi salah satu kandidat kuat juara Premier League. Namun, segalanya berubah cepat dalam beberapa pekan terakhir. Dari posisi memburu gelar, kini The Gunners justru menjadi tim yang dikejar-kejar, bahkan untuk sekadar mempertahankan posisi kedua.
Kekalahan mengejutkan 1-2 dari Bournemouth di Emirates Stadium menjadi pukulan telak. Tak hanya karena kalah di kandang sendiri, tapi juga karena hasil tersebut membuat Arsenal kini hanya unggul tipis dari para pesaingnya di klasemen. Manchester City yang berada di posisi ketiga hanya terpaut tiga poin dan masih menyimpan potensi mengejar, sementara Newcastle pun mengintai dengan selisih tipis dan jadwal yang relatif lebih ringan.
Yang mengkhawatirkan, Arsenal hanya mencatat satu kemenangan dalam lima laga terakhir. Inkonsistensi mulai menjadi mimpi buruk di saat-saat krusial musim. Lini belakang yang selama ini menjadi fondasi kuat justru mulai rapuh, dan penyelesaian akhir mereka tak lagi setajam beberapa bulan lalu.
Yang lebih menyakitkan bagi fans adalah fakta bahwa The Gunners telah kehilangan banyak poin dari posisi unggul, terutama di kandang. Kepercayaan diri yang dulu begitu kuat kini mulai goyah, dan atmosfer di ruang ganti dipenuhi tekanan untuk segera bangkit sebelum segalanya terlambat.
Manajer Mikel Arteta mengakui kondisi ini bukan hanya soal taktik, tapi juga mental. Ia menyebut bahwa kekalahan harus menjadi bahan bakar untuk membakar semangat tim dalam laga-laga penentuan berikutnya, termasuk di pentas Eropa.
Masih ada tiga pertandingan tersisa, namun semuanya bukan tanpa rintangan. Arsenal akan menghadapi lawan-lawan berat seperti Liverpool dan Newcastle yang tengah dalam performa menanjak. Tanpa perbaikan nyata, bukan tidak mungkin The Gunners tergelincir lebih jauh, bahkan terancam kehilangan tiket otomatis ke Liga Champions musim depan.
Musim yang penuh harapan bisa berubah menjadi penyesalan jika mereka gagal mengamankan hasil positif di sisa laga. Kini bukan saatnya lengah. Arsenal harus kembali menjadi pemburu — bukan yang diburu.