Korea Selatan – Pemecatan Kim Pan-gon dari kursi pelatih Ulsan HD menjadi salah satu berita paling mengejutkan di dunia sepak bola Asia tahun ini. Pelatih berusia 55 tahun itu dipecat secara resmi oleh manajemen klub menyusul performa buruk tim yang terpuruk di papan tengah K League 1. Yang membuat situasi semakin panas adalah kabar bahwa Shin Tae-yong, mantan rival profesionalnya, akan segera menggantikannya.
Keputusan Pemecatan dan Reaksi Kim Pan-gon
Ulsan HD mencatat rentetan hasil mengecewakan sepanjang paruh pertama musim 2025. Kekalahan beruntun, kegagalan di Piala Dunia Antarklub, dan ketidakpuasan suporter menjadi kombinasi tekanan yang mendorong manajemen untuk memutus kontrak Kim Pan-gon.
Tak lama setelah pengumuman itu, Kim Pan-gon dilaporkan meluapkan kemarahannya kepada media internal klub. Ia merasa tidak dihargai atas kontribusinya yang sebelumnya sukses membawa Ulsan meraih gelar domestik tiga musim berturut-turut. Ia menyebut pemecatan ini “tidak adil dan penuh tekanan politik”, serta menyayangkan bahwa keputusan tersebut tampaknya sudah dirancang jauh hari sebelum evaluasi resmi dilakukan.
Digantikan Shin Tae-yong: Luka Lama Terbuka Kembali
Yang membuat situasi semakin sensitif adalah kabar bahwa Shin Tae-yong akan langsung mengambil alih jabatan pelatih kepala. Kim Pan-gon dan Shin memiliki sejarah hubungan profesional yang tidak selalu harmonis.
Saat Kim menjabat di Asosiasi Sepak Bola Korea (KFA), ia pernah menjadi salah satu sosok yang mendorong berakhirnya masa jabatan Shin sebagai pelatih tim nasional. Ironisnya, kini posisi yang ditinggalkannya justru akan diisi oleh sosok yang dulu sempat ia singkirkan.
Dalam komentar terpisah, Kim mengatakan bahwa dirinya "bukan orang yang mudah dilupakan oleh sejarah Ulsan," dan menyatakan bahwa dirinya tidak akan tinggal diam melihat dinamika klub yang ia bangun dari nol.
Transformasi Ulsan HD dan Harapan Baru
Manajemen Ulsan HD tampaknya ingin menyegarkan atmosfer ruang ganti. Dengan pendekatan Shin Tae-yong yang terkenal disiplin, lugas, dan sistematis, klub berharap bisa membalikkan performa tim secara cepat. Shin juga dikenal mampu menangani tim dengan tekanan tinggi, terbukti dari keberhasilannya membawa timnas Indonesia melaju ke level yang lebih kompetitif.
Pengangkatan Shin dianggap sebagai keputusan strategis untuk menjangkau kembali dominasi di Asia, terutama setelah Ulsan gagal bersaing di kompetisi antarklub dunia.
Dampak Bagi Kim dan Shin
Bagi Kim Pan-gon, pemecatan ini bukan hanya akhir dari karier singkat di Ulsan, tetapi juga menjadi pukulan ego setelah sebelumnya dianggap arsitek sukses klub. Bagi Shin Tae-yong, ini adalah panggung besar untuk membuktikan dirinya di tanah kelahirannya, setelah sukses membangun reputasi di Asia Tenggara.
Kesimpulan
Kemarahan Kim Pan-gon tidak bisa dilepaskan dari rasa kecewa dan ironi sejarah yang menghantamnya. Di sisi lain, Ulsan HD memilih melangkah maju dengan Shin Tae-yong yang dinilai lebih mampu membawa perubahan cepat. Kisah ini bukan hanya soal sepak bola, tapi juga tentang persaingan, reputasi, dan politik dalam dunia olahraga profesional Korea.
Elit sepak bola Asia kini menantikan: apakah Shin akan berhasil melanjutkan kejayaan Ulsan, atau justru harus menghadapi bayang-bayang warisan Kim Pan-gon?