Musim 2024/2025 menjadi musim yang penuh harapan sekaligus tekanan bagi Arsenal. Setelah beberapa musim membangun pondasi bersama Mikel Arteta, kini The Gunners kembali berada di jalur persaingan juara—baik di Premier League maupun Liga Champions. Namun, muncul satu pertanyaan besar yang terus menghantui para pendukung: apakah Arsenal akan mengulang keajaiban... atau justru mengulang luka lama?
Memori Keajaiban yang Terlalu Jauh
Arsenal terakhir kali mencicipi gelar Premier League pada musim 2003/2004. Era "Invincibles" kala itu seolah menjadi dongeng yang semakin lama, semakin sulit diulang. Meski Arteta berhasil membentuk skuad muda dan atraktif, tekanan untuk menuntaskan “puasa gelar utama” terus membesar setiap pekan.
Trauma Musim Lalu Masih Segar
Musim 2023/2024 menjadi pelajaran pahit. Arsenal sempat memimpin klasemen cukup lama, hanya untuk disalip di pekan-pekan terakhir. Mereka juga tersingkir secara dramatis dari Liga Champions. Luka itu belum sepenuhnya sembuh, dan kini kembali mengintai di tengah harapan baru.
Skuad Lebih Matang, Tapi Tekanan Lebih Besar
Perbedaan musim ini terletak pada kedalaman skuad. Declan Rice, Martin Ødegaard, Bukayo Saka, hingga Gabriel Jesus punya pengalaman lebih. Namun, kedewasaan mereka kini diuji oleh ekspektasi. Sebab, fans Arsenal tak lagi puas hanya dengan bermain indah. Mereka ingin trofi.
Faktor Mental Jadi Kunci
Musim ini bukan cuma soal taktik atau statistik. Ini soal mental. Apakah Arsenal sudah cukup kuat menghadapi tekanan ketat dari rival-rival seperti Manchester City, Liverpool, dan Bayern Munich di Eropa? Karena yang membedakan juara dan runner-up hanyalah satu: keberanian untuk menaklukkan momen.
Di Ujung Tajam Harapan dan Kenyataan
Arsenal berada di persimpangan. Jika berhasil, ini bisa jadi musim yang dikenang sepanjang masa. Tapi jika gagal lagi di ujung jalan, luka itu akan terasa dua kali lebih dalam. Mampukah Arteta dan anak asuhnya menulis sejarah... atau mereka hanya akan jadi catatan kaki dari cerita orang lain?